Pecal Gang Singkat Kabanjahe itu
memang luar biasa. Rasanya unik dan khas. Renyah banget. Sayurannya segar dan
variatif. Lalu yang membuat tidak terlupakan adalah rasa sambalnya. Kacang
tanah sebagai bahan utama sambalnya nampaknya memang dipilih yang paling bagus.
Lalu kombinasi antara pedas, asin, asam dan manisnya sangat sinergis dan
mencapai puncak kenikmatannya dalam mulut yang pelan mengunyah. Sekali sekali
ada kesan rasa “bahing” ditutupi malu malu aroma lada hitam yang menggelora.
Ahh nikmat banget, apalagi harganya hanya Rp 8.000,.per bungkusnya.
Tadinya aku hanya mau nyoba merasain
saja. Cukup 2 atau 3 sendok. Tapi akhirnya, ludes habis. Tidak salah kalau saat
ini primadona makanan di Kabanjahe adalah Pecal Gang Singkat. Terutama makanan
yang pro kesehatan, pastilah pecal. Iya kan?
Kalau Anda mau makanan yang berat,
tetaplah Chinese Food di Warung Selera yang melegenda. Namun yang saya
rasakan rumah makan Selera sekarang ini menurun pamornya. Akan tetapi persis di
sebelah kiri Rumah Makan Selera sekarang ada rumah makan baru yang lumayan
lezat makanannya, yaitu Asia Baru. Tempatnya baru dan dibuat sedikit lebih
tinggi dari rumah makan Selera. Saya sudah dua kali makan Mie Goreng disini,
wadow uenak. Cobalah kalau ke Kabanjahe, ke sebelah Selera.
Di Jln Kapten Bangsi Sembiring ke
arah tugu ada juga rumah makan chinese, Bonaris. Bonaris ini lumayan enak dan
laris. Sebab pelmiliknya seklaigus juru masaknya adalah juru masak yang dulu
bekerja di Selera. Istilah kerennya Master Chef nya. Sebagaimana terjadi
di resto resto top di Jakarta, kemana Master Chef nya pergi maka
kesitulah pelanggannya akan beralih.
Chinese Food yang paling digemari di
Kabanjahe sebagai sarapan pagi tentu saja adalah Kwe Tiaw Goreng. Kwe Tiau yang
campurannya sederhana. Tanpa daging, hanya ada telor dan tauge. Rasanya gurih
banget, terutama jika juru masaknya sudah berpengalaman. Nah kwe tiaw goreng
untuk sarapan pagi ada dimana mana hampir di seluruh pelosok kota Kabanjahe.
Salah satu yang paling terkenal adalah di Kedai Pinlan Sitepu, Jln Letnan Mumah
Purba dan juga di Kedai Lomfat, tidak jauh dari rumah makan Bonaris. Bahkan di
Lomfat ada pilihan sarapan pagi yang lain, yaitu pulut (ketan) pake sri kaya
serta Nasi Kari Ayam, yang takarannya pas untuk sarapan pagi.
Kabanjahe adalah salah satu kota
penyedia sarapan pagi yang paling enak, selain Makassar dan Manado. Sedangkan
kota kota yang lain, sangat standar. Begitulah yang kuketahui. Misalnya di
Palembang sulit sekali bagi kita untuk mencari tempat sarapan pagi. Penduduk
Kabanjahe adalah termasuk orang orang yang sarapan pagi. Di pelosok pelosok
yang agak jauh dari kota, atau jauh dari warung yang menjual kwe tiaw,
umumnya kaum lelaki akan sarapan pagi di kedai kopi sambil makan roti kosong
atau roti ketawa. Sedangkan kaun perempuannya akan makan mie gomak untuk
sarapan pagi beserta anaknya.
Warung BPK Yang Bertebaran
Satu lagi ciri Kota Kabanjahe
sebagai kota kuliner adalah bertebarannya rumah makan BPK (maaf, Babi Panggang
Karo). Ini adalah rumah makan utama Suku Karo. Biasanya daging panggangnya akan
dihidangkan diatas piring kecil, bercampur dengan daun cincang yang terbuat
dari daun ubi kayu yang diiris halus bersama kelopak jantung pisang. Lalu saat
memasaknya di campur dengan lemak daging babi. Selain daging panggang dan daun
cincang tadi ada sambal penyedapnya yang disebut dengan getah. Getah adalah
campuran darah babi yang diolah dengan berbagai macam bumbu. Sehingga rasanya
sangat lezat sekali. Pelengkapnya adalah semangkuk kuah sup tanpa tulang dan
daging. Namun bisa juga dipesan beserta dagingnya. Uihhhh nikmat sekali.
Sepiring Babi Panggang, Foto :
anacharo.blogspot.com
Nah warung BPK ada di seluruh
pelosok kota Kabanjahe. Bahkan ke kota kota kecil seperti Tiga Panah, Kacaribu,
Simpang Empat, Tiga Jumpa, bertebaran warung BPK ini. Ada yang warungnya berupa
rumah/toko permanen tapi ada juga yang hanya tepas atau anyaman bambu. Warung
BPK yang terkenal di Kabanjahe adalah Mari Ras. Sedangkan di luar Kabanjahe,
seperti di Medan adalah Ola Kisat atau Tesalonika. Warung BPK Tesalonika yang
ada di Simpang Tuntungan Medan bahkan saat ini dapat menjual 4 ekor babi setiap
hari. Pelangganya tidak hanya suku Karo, tapi juga suku suku yang lain yang
tidak memantangkannya.
Sepiring capcay coreng canas di
Rumah Makan Bonaris, Kabanjahe
Hampir sama dengan BPK sekarang
sudah mulai banyak muncul Warung B1 Panggang. B1 adalah biang, atau anjing.
Yang ternyata rasanya lebih gurih lagi. Salah satu yang paling laris saat ini
adalah yang ada di Jalan ke Tigapanah, sekitar 1 km dari jembatan Laudah.
Warungnya berdinding tepas bambu, dan disediakan balai balai untuk duduk
lesehan dan juga beberapa set meja dengan kursinya. Ketika pada minggu siang
kemarin kami mengunjunginya ramai sekali. Dan rasanya juga tidak kalah dari BPK
Mari Ras atau Tesalonika. Bahkan teman saya bilang, panggang B1 lebih sehat dan
lebih enak dibandingkan panggang B2 (babi).
Kabanjahe Tenteram dan Damai Karena
Kuliner.
Sarapan pagi di Kabanjahe umumnya
kwe tiaw goreng yang dijual oleh etnis Chinese. Menu makan siang adalah BPK
yang dijual oleh Suku Karo. Pilihan makanan siang yang lain adalah warung
Padang yang juga bertebaran di pusat kota Kabanjahe. Tentu warung Padang di
jual oleh Suku Minangkabau. Penjual di pasar kaget pada malam hari
umumnya Suku Jawa dan beberapa etnis Tamil. Jadi semua etnis yang ada di Kota
Kabanjahe bisa hidup berdampingan dengan damai.
Suasana pasar kaget malam hari di
Kabanjahe. Foto diambil Pada Bulan Juli 2011
Suku tertentu mempunyai agama
tertentu, menjual jenis makanan tertentu. Di Kabanjahe tidak ada masalah
soal suku, soal agama. Gereja bertebaran di mana mana. Vihara ada di Berastagi.
Bahkan salah satu land mark kota Kabanjahe adalah Mesjid Raya
Kabanjahe, yang posisinya seolah di gerbang Kota Kabanjahe. Tidak ada
persoalan, semua hidup berdampingan dengan damai dan rukun. Jadi tidak
salah Orang Karo yang doyan makan merubah Kota Kabanjahe menjadi Kota Kuliner.
Dan karena makanan ini lah semua rukun.
Memang benar kan, kalau perut sudah
kenyang, maka pikiran pun sehat. Yang dilakukan pun yang baik baik saja. Oh
iya, untuk melengkapi penjual pecal di Gang Singkat pun seorang dari suku
Chinese.
Sumber: Kompasiana
Sumber: Kompasiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar